Sabah-theKalimantanpost.Com. Seperti disampaikan Kepala Dinas Pemuda olahraga dan pariwisata Ekonomi Kreatif, Dr. Hendrika, S.Sos.M.Si, dalam rangka memperingati hari Orang Asal Sedunia (The Symposium to Commenorating Indegenous People Day), yang Berlangsung di Kadazan dusun cultural Association (KDCA) Sabah pada tanggal 8-9 agustus 2023 lalu, Pemda Kabupaten Sintang hadir memenuhi undangan tersebut.
Duta Pendidikan Kalbar tahun 2018, Rufina Sekunda,S.Pd sebagai peserta iven ini mengatakan bahwa kegiatan ini di prakarsai oleh Majelis Hal Ehwal Anak Negeri Sabah (MHEANS) Lembaga Kebudayaan Negeri Sabah (LKNS) Isntitut Kajian Orang Asal Borneo UMS (BORIS).
Sebagai yang ditunjuk oleh pihak Pemerintah daerah Kabupaten Sintang, Marina Sekunda mendapat satu kesempatan untuk memaparkan bagaimana Anak muda Dayak membawa identitas dalam era global.
Sebagai seorang Wanita Dayak berdarah Mualang-Uut Danum yang juga guru bahasa Inggris di SMPN 7 Kecamatan Dedai Kabupaten Sintang ini, mengatakan bahwa di era saat ini, skill 21st competencies yang harus dimiliki putera-puteri Dayak.
Dalam memperkenalkan Budaya kabupaten Sintang di Sabah tersebut, Rufina Sekunda tampil energik dan memukau dihadapan peserta dengan mengangkat tema “Collaborative” Kolaborasi mempromosikan , dan menggunakan identitas budaya karya hasil budaya dari nenek moyang yaitu “TENUN IKAT DAYAK“ Sintang.
Dalam paparannya, Rufina menjelaskan bagaimana perempuan Dayak di abad 21 tetap bisa membawa identitas Dayak dalam dunia global. “Tenun ikat sintang yang merupakan kain tradisional suku Dayak Desa (rumpun Ibanic) yang ada di kabupaten Sintang, berdayaguna untuk memajukan ekonomi kreatif Kabupaten sintang Kalimantana Barat,”ungkap Rufina.
Dalam event ini, berkolaborasi yakni ; Rufina sekunda dari @i.n.a. Creatif Sintang, Firdaus Rinaldi dari FW. Modelling School, Dikta Dari Dikta Tenun). “Kami di kabupaten Sintang mengedepankan nilai kolaborasi sebagai kempetensi utama anak muda Dayak, yang diilhami dan bersumber dari nilai-nilai (values) pada pola bertani berladang dengan tahapan ; Mulai dari nebas, Nunu (bakar) lahan ladang, Nugal (nanam) padi, Menyiangi (membabau/membuang) rumput disekelingi padi, Menganyi (panen) padi, Menjemur padi, Menumbuk padi menjadi beras dan pulut (ketan), dan akirnya sebagai wujud syukur kepada Petara (Tuhan Yang Maha Esa) masyarakat Dayak melaksanakan Gawai (pesta) padi yang disebut “Nyelapat Taun (Tahun)”ujar Rufina.
Menurut Rufina,” mencintai identitas budaya, kita bangga dengan kekayaaan budaya yang ada, serta mampu berkolaborasi (bersama) dengan ratusan wanita Dayak sebagai penenun, penjahit dan teman-teman modelling untuk menghasilkan label lokal yang berdaya nilai usaha, dan saat ini karya usaha kami sudah bisa di pasarkan keseluruh wilayah Indonesia, bahkan ke berbagai negara seperi ; Italia, Jerman, Belanda, Australia, Filipina, Singapura, Malaysia, Papua NewGuniea,”pungkasnya.
**VE-Sintang