Thekalimantanpost.com, Ketapang – Pelaksanaan Ritual Adat Maruba yang diselenggarakan Raja Hulu Aik di Kecamatan Hulu Sungai pada 25 hingga 26 Juni lalu telah berlangsung lancar dan sukses. Kegiatan yang dilaksana rutin tiap tahun pada tanggal tersebut dan pada tahun 2021 ini agak sedikit berbeda.
“Lantaran pada tahun ini diselipkan acara Kisar Pesalin Patih Jaga Pati Desa Sembilan Domong Sepuluh,” ungkap Humas Kerajaan Hulu Aik, Thomas Tion kepada Thekalimantanpost.com di Ketapang, Selasa (29/6).
“Dilanjutkan acara Pengukuhan Sembilan Domong Kerajaan Hulu Aik. Serta Pengukuhan Lembaga Adat Petinggi Mangku Dangeri I Kecamatan Simpang Dua,” lanjutnya.
Raja Hulu Aik ke 51, Raja Singa Bansa telah resmi melantik Patih Jaga Banua, Alexander Wilyo menjadi Patih Jaga Pati Desa Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik. Alexander Wilyo di Pemerintahan Kabupaten Ketapang, saat ini juga sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Ketapang.
Pelantikan tersebut dilakukan secara Ritual Adat Kisar Pesalin, dipimpin oleh Florianus Sudirnus (54), Demong Mantir Laman Sengkuang. Prosesi Kisar Pesalin diawali dengan Bebisau-beibu. Demong Mantir mendoakan Alexander secara adat sambil mengucapkan doa-doa adat dan mengipas-ngipaskan ayam.
“Usai Bebisau-beibu, Sudirnus melakukan Kisar Pesalin. Barang pesalinnya adalah piring penunduk taring todung dan tepayan pemungkam lidah hantu,” jelasnya.
Oleh Mantir Demong Sudirnus, kedua barang pesalin tersebut dikisar di atas kepala Patih Jaga Banua Alexander Wilyo. Acara kisar pesalin ini diiringi musik gamalan dan bunyi tembakan.
“Setelah itu dilanjutkan pengangkatan Patih Jaga Banua Alexander Wilyo sebagai Patih Jaga Pati oleh Raja Hulu Aik. Sambil berdiri, Raja membacakan teks pengangkatan. Selanjutnya menyerahkan bendera pusaka Patih Jaga Pati Desa Sembilan Domong Sepuluh kepada Akexander Wilyo,” jelas Tion.
Mantir Demong Sudirnus menjelaskan, Patih adalah orang yang mampu ke luar – ke dalam. Dalam bahasa adatnya, kompang ke beruang, berani ke babi, tanduk tinggi taring tajam. Pati adalah adat tertinggi dan terbesar di Desa Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik.
Sedangkan Pati berarti adil dan bijaksana. Bijak, dalam bahasa adatnya, pemupuh atau pemukul, jangan patah, tanah jangan longgam atau berbekas, dan ular jangan mati. Tugas utama Patih Jaga Pati adalah melestarikan budaya, adat dan istiadat. “Karna, masyarakat yang sudah melupakan budaya dan adat-istiadat,” kata Sudirnus.
“Dengan piring penunduk taring todung dan tepayan pemungkam lidah hantu, diharapkan, ketika Patih Jaga Pati bicara, orang akan tunduk, taat, mendengar apa yang dia katakan. Karena itu, piring pesalin tersebut bisa dijadikan barang pusaka,” terang Sudirnus. (bnd)