Thekalimantanpost- Perang tumbang titi atau disebut juga perang Kedang, terjadi pada era kolonial belanda tahun1914. Situasi penjajahan belanda membuat masyarakat resah,tertekan dan tidak merdeka.Terutama oleh berbagai aturan yang di paksakan penjajajahan belanda antara lain: belanda menetapkan korte vieklaring (pelakat pendek)
Isi nya: rakyat matan tanjungpura (kabupaten ketapang,dewasa ini)diwajibkan membayar pajak kepala atau blasting kepada belanda.
Tentu nilainya terasa mahal oleh masyarakat karena mereka menolak dan menjadi salah satu pemicu masyarakat berontak.
Bajier(upoi bajier)
Menantu Domong punduhan (Demong besar/mengepalai beberapa kampung) Dermala Merial- Serongkah onam.
Seorang tokoh masyarakat( panglima)gagah berani,penembak jitu kharisma- pemimpin,mengerahkan orang-orang dayak pesaguan hulu bergabung dalam pasukan perlawanan pimpinan Uti usman.
Uti Usman seorang bangsawan – anak raden sepuh( kerabat dekat raja matan tanjungpura ketika itu).
Usia uti usman terhitung belia 20-an tahun 1914.
Di ceritakan pula secara lisan turun temurun dari para tetua ;
Masyarakat matan hulu vs belanda(pimpinan kapten Vrederick alexsander brams).
Upoi Bajier berperan memimpin pembuatan benteng di natai bodok daerah kedang di hilir tumbang titi memimpin pembuatan benteng dari bambu temiang berlapis rapat yang memungkinkan benteng peluru tidak menembusi nya/meleset.Membuatkan uti usman perisai dan mandau.
setelah mendengar persiapan perlawanan masyarakat matan hulu atau tumbang titi dewasa ini, satu kompi belanda mengirimkan pasukan melalui perahu motor dan mendarat didaerah abut bekake atau daerah pemahan sekarang ini.
Jika pun melewati sungai pesaguan sudah di halang rintangi oleh masyarakat dengan menebang pohon-pohon di tepi sungai dari daerah pemahan/ abut bekake muara geronggang pasukan belanda jalan kaki menuju tumbang titi- sekitar 20km ke lokasi benteng Uti usman.
Setibanya di desa tumbang titi(sekarang kota kecamatan tumbang titi)sudah sunyi sepi.,ibu-ibu dan anak-anak diungsikan ke ladang.
Kemudian pasukan belanda bergerak ke hilir tumbang titi ke arah pengacing yaitu suatu tempat natai bodok-daerah kedang dimana rakyat dibawah pimpinan Uti Usman pasukan sudah siap sedia(ratusan).
Kecamok perang berlangsung sengit
Gencar tembakan senapan lantak dari kedua belah pihak
Keadaan benteng mulai berantakan.
Separuh pasukan belanda tewas.
Perang semakin memuncak-berkecamuh korban berjatuhan di kedua belah pihak
Uti Usman tertembak di bagian perut,upoi Bajier menarik tangan Uti Usman untuk segera mundur.
Uti Usman memaksa tetap bertahan-luka di perut uti usman diikat Bajier dengan kain.
Detik-detik akhir uti usman naik atas benteng “bang”/Takbir(berdoa dengan tangan menengadah kelangit berdoa) tidak memperdulikan lagi hujan peluru Belanda di tubuhnya,pahlawan Uti Usman gugur.
Bajier dan beberapa orang sisa pasukan berlari kocar kacir menyelamatkan diri.
Bajier melompat ke sungai pesaguan,berenang ke hulu menyusuri tebing sungai , sementara yg berenang ke hilir sungai dihujani peluru belanda yg sudah menunggu di hilir sungai.
Selesai perang sengit,pasukan belanda pulang jalan kaki kembali ke kota ketapang lewat melalui abut bekake- muara gerunggang.
Di hadang panglima Tentomak- pasukan anda yang pulang jalan kaki dari Tumbang titi-pemahan, dihadang pasukan tentemak membakar padang ilalang,
pasukan tentemak mengintai-tentemak menembak kapten Bram.”tuan terimalah satu kepala tiga suku! Sembari menembak tepat kapten Belanda itu yang jatuh tersungkur.
Tentemak ingin memenggal kepala kapten brams.Ketikan panglima Tentemak menghampiri tubuh kapten Bram yg tergeletak,menghunus mandaunya…kapten Bram mencabut pistol di pinggangnya..door! Tentemak gugur sebagai pahlawan.Akan halnya kapten Brams juga gugur atas insiden itu.
Bajier dalam pelarian
Seusai perang Tumbang Titi atau perang Kedang ini, upoi Bajier menjadi DPO Kolonial Belanda.
Beliau berkelana dalam hutan 8-9 tahun menghindari penangkapan Belanda.
-Bekal senapan-garam,kadang-kadang pulang.
Bajier berkelana hingga daerah kalteng ,sehingga masyarakatnya menjulukinya “Macan Perontang Natai”.setelah 8 tahun kemudian Bajier kembali ke daerah Serengkah,walaupun masih bersembunyi di ladang.Dikarenakan anaknya yang bungsu bermain bola dan patah tangan terpaksa dia turun kerumah dan menyerah kepada kompeni Belanda.
-Bajier ditawan di nanga tayab(pusat kantor Belanda di pedalaman) sebagai tawanan,dan beberapa tahun kemudian dibebaskan, kembali ke Serengkah menjadi kepala Kampung dan Domong Punduhan.***red.(kristoporus popo)
penulis salah seorang cicit Bajier.
(Cerita ini diceritakan kepada keluarga secara turun temurun)
——Tamat—–
(Semua orang berbagai suku bersatu melawan Belanda ,dan tidak semua orang Belanda Penjajah,ada juga yang baik)